Rabu, 01 Agustus 2012

Semangat Belajar dan Sekolah-Sekolah Perbatasan



Ibu Marsiani, satu-satunya guru yang mengajar di SD Filial 09

Nunukan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di wilayah Kalimantan Timur berada didaerah perbatasan yang sangat dekat sekali dengan Negara tetangga Malaysia. Batas dengan Malaysia bukan lagi berupa laut, tetapi darat yang sangat mudah ditempuh. Bahkan, salah satu kaki kita bisa berada di Indonesia dan satu kaki kita lainnya bisa berada diwilayah Malaysia, seperti di Desa Ajikuning Kecamatan Sebatik Tengah. Bukan hanya itu, disana juga terdapat kebun dan rumah warga Indonesia yang sebagian rumahnya masuk dalam wilayah Malaysia.

Perbatasan yang seharusnya menjadi beranda depan pertahanan Kesatuan Republik Indonesia justru memiliki kehidupan yang serba terbatas. Salah satunya adalah sekolah. Di Desa Sekaduyan Taka Kecamatan Seimanggaris, terdapat sebuah Sekolah Dasar Filial 09 Sei Fatimah yang hanya memiliki atap pada bangunannya, juga hanya memiliki satu orang guru, Ibu Marsiani sejak sekolah ini berdiri pada tahun 2006. Sekolah ini terpaksa harus dibantu oleh Tentara Pos PAMTAS (Pengamanan Perbatasan) Sei Ular karena kurangnya tenaga pengajar. Sekolah ini berstatus Filial yang mempunyai arti menginduk. Induk sekolah ini berada di SDN 09 Sei Fatimah terletak di Kabupaten Nunukan yang sangat jauh jaraknya.

 SD Filial 09 Sei Fatimah yang tanpa atap

  Tentara Pos PAMTAS Sei Ular yang membantu mengajar di SD Filial 09


Tak jarang siswa tidak bisa pergi sekolah karena harus membantu orang tuanya berkebun. Meski demikian tidak sedikit siswa yang mempunyai semangat tinggi berjalan kaki sejauh 5 KM menuju sekolah jika tidak truk yang lewat untuk ditumpangi. Karena sekolah ini berstatus menginduk, maka siswa kelas 6 harus bersekolah diinduknya yaitu di Nunukan karena akan melaksanakan ujian akhir. Ujian akhir tidak bisa dilaksanakan disekolah filial. Karena itu, tidak semua siswa bisa melanjutkan kejenjang kelas 6 SD. Hal ini dipengaruhi juga oleh faktor ekonomi keluarga. Jika melanjutkan kejenjang kelas 6 SD maka dibutuhkan biaya tambahan untuk kost selama bersekolah di Nunukan.

Januwahyu, salah seorang Tentara Pos PAMTAS Sei Ular yang membantu mengajar disekolah ini mengatakan bahwa minimnya fasilitas sekolah menjadi salah satu alasan siswa enggan kesekolah. Jarak yang jauh antara rumah dan sekolah, ditambah minimnya fasilitas sekolah menghilangkan semangat siswa untuk pergi sekolah.



Januwahyu seorang TNI SATGAS PAM-TAS Sei Ular yang sehari-hari ikut membantu mengajar di SD Filial 09, biasanya beliau ikut berjalan bersama siswa pulang kerumah
yang letaknya dibelakang POS PAM-TAS

Selain SD Filial 09 Sei Fatimah, di Kecamatan Seimanggaris juga tepatnya Desa Tabur Lestari, terdapat sebuah sekolah yang masih berada dikolong rumah seorang warga. Seorang warga merelakan kolong rumahnya untuk dijadikan sekolah, karena sekolah induknya berada jauh disebrang sungai yang harus ditempuh dengan menggunakan perahu ketinting. Berbagai kekhawatiran orang tua terlebih mereka yang mempunyai anak usia sekolah kelas 1, 2, dan 3 jika harus menyebrang sungai untuk sekolah. Maka didirikanlah sekoalah diwilayah mereka yang masih menumpang dikolong rumah seorang warga agar anak mereka usia sekolah dasar tidak perlu lagi menyebrang sungai.


SD Filial 012 yang berada dikolong rumah seorang warga


Meski demikian, masalah tak berhenti sampai disitu. Karena, jika turun hujan, siwa tetap tidak bisa pergi kesekolah karena jalan yang lcin. Biasanya, jika sampai pukul 09.00 WITA hujan tidak juga reda, maka sekolah dinyatakan libur secara otomatis.

Perahu Ketinting, sarana transportasi sekolah

Selain itu, terdapat permasalahan lain siswa-siswa usia sekolah yaitu perjodohan usia dini. Perjodohan usia dini masih terjadi dimasyarakat dayak seperti di Desa Kalun Sayan, Desa Tinampak I, Desa Salang, Desa Naputi, Sekikilan, dan Desa-Desa lainnya di Kecamatan Tulin Onsoi. Meskipun Kepala Adat Suku Dayak Agabag (Mayoritas Dayak di Kecamatan ini adalah Dayak Agabag) telah menyatakan bahwa perjodohan usia dini sudah tidak ada lagi dan usia pernikahan disesuaikan dengan ketetapan pemerintah, tetapi nyatanya guru sering kehilangan muridnya yang begitu ditemukan ternyata telah dinikahkan. Perjodohan ini bahkan dilakukan sejak dalam kandungan, sehingga saat lulus sekolah dasar sudah dinikahkan. 

Mungkin, jika belum dijodohkan siswa masih memiliki cita-cita tinggi untuk terus bersekolah. Kenyataan bahwa begitu dipandang besar sedikit boleh dinikahkan mungkin saja meruntuhkan semua mimpi dan angan wanita dayak untuk mengejar cita. Noviana, sorang siswa SMP mengatakan bahwa dirinya berkeinginan untuk bisa kuliah. Mungkin hal yang sama juga terbesit dihati anak-anak dayak lainnya.


Ekspedisi Khatulistiwa

Ekspedisi Khatulistiwa 2012 merupakan sebuah perjalanan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Untuk pertama kalinya, dan entah apakah suatu saat saya bisa melakukan kembali perjalanan bersama para TNI dari berbagai matra. Kesan awal tentang para tentara yang dingin langsung lenyap sejak hari pertama bergabung dengan mereka.
 Senam dan Lari menjadi kegiatan rutin selama pelatihan Ekspedisi di Situ Lembang


Ekspedisi ini diawali dengan pelatihan ekspedisi yang dilaksanakan selama dua minggu sejak tgl 19 Maret 2012 sampai 1 April 2012 didaerah Latihan KOMANDO Situ Lembang. Pada pelatihan ini kami diberi materi-materi sebagai bekal penelitian. Meskipun pada pelatihan merupakan awal dan belum memasuki penelitian, tetapi banyak hal yang saya dapatkan seperti jiwa KORSA (kebersamaan), serta semangat para tentara yang menular membakar darah.
 Mahasisiwi dari berbagai Universitas, srikandi Peserta Ekspedisi Khatulistiwa @Situ Lembang


Ekspedisi ini terbagi dalam 8 Sub Korwil yaitu, Sambas, Sanggau, Kapuas Hulu, Hulu Sungai Tengah, Murung Raya, Kutai Barat, Nunukan, dan Malinau. beberapa kategori dalam ekspedisi yaitu, Jelajah Patok Perbatasan, Penelitian Flora Fauna, Penelitian Kehutanan, Penelitian, Geologi dan Potensi Bencana, Penelitian sosial Budaya, dan Komuniksi sosial. Saya memilih untuk bergabung dengan Nunukan dalam tim peneliti Sosial Budaya.


Suhu dingin Situ  Lembang ternyata mampu mendekatkan kami dengan orang-orang asing yang baru dikenal. Dingin membuat kami semakin dekat dan tidak berjarak. Dingin menjadi kami selalu beriringan bersama. Situ Lembang ternyata mampu menciptakan Jiwa KORSA bahkan bagi kami yang bukan Militer. Pengajaran mengenai Body System membuat kami semakin kuat untuk saling menjaga.

Nunukan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Kalimantan Timur. wilayah Nunukan sangat berbatasan dengan Malaysia. Nunukan sebagai tempat bagi keluar masuknya TKI Indonesia menuju Malaysia. Itulah sebabnya di Sebatik, salah satu Pulau di Kabupaten Nunukan memberlakukan dua mata uang asing yairu Rupiah dan Ringgit. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil hikmahnya mengenai kehidupan masyarakat serba terbatas didaerah perbatasan. Meski berada diperbatasan, persahabatan yang tercipta di Sub Korwil Nunukan tanpa batas. ^^
Saat Kunjungan PANGDAM VI Mulawarman ke KOTIS Ekspedisi Khatulistiwa 
Sub Korwil Nunukan


will be continue.....

aku...

Foto saya
Jakarta, Jakarta, Indonesia
❤❤❤